PIKIRANSUMBAR – Mengatasi persoalan hama tikus yang kian mengganggu tanaman padi masyarakat, Anggota DPRD kabupaten Solok Dedi Fajar Ramli, meminta agar Dinas Pertanian untuk segera turun tangan mencarikan solusi agar penderitaan petani khususnya yang menanam padi, di bumi bareh Solok itu tidak semakin parah.
“Kita berharap agar Dinas Pertanian minimal melalui Petugas Penyuluh Lapangan (PPL), memberikan penyuluhan dan solusi agar kerugian para petani tidak semakin berlarut-larut,” tuturnya, Rabu (23/8).
Menurut politisi Demokrat ini, dengan adanya penyuluhan kepada masyarakat seperti dengan pola tanam serentak dan sebagainya, maka berkemungkinan serangan hama tikus bisa ditekan.
“Salah satu tugas dari Dinas Pertanian adalah bagaimana meningkatkan hasil panen tanaman padi masyarakat. Untuk itu diperlukan peran dari Dinas Pertanian, karena mereka diberi anggaran untuk itu,” tegasnya.
Senada dengan itu, Anggota Fraksi Golkar DPRD Kabupaten Solok Yetty Aswati, menyebutkan, seharusnya Dinas Pertanian lebih cepat tanggap mengenai keluhan petani.
“Tidak mungkin rasanya, pihak dari Dinas Pertanian tidak mengetahui informasi yang sedang berkembang di lapangan. Jikapun mereka tidak tau, mereka harus berterimakasih kepada media, karena sudah diberi kabar melalui pemberitaan dan hal itulah yang harus ada tindak lanjutnya dari dinas,” sindirya.
Serangan hama tikus yang menyerang tanaman padi masyarakat di Kabupaten Solok kian meluas. Selain ratusan hektar sawah di kecamatan Gunung Talang dan Kubung, saat ini serangan hama tikus mulai menyerang tanaman padi masyarakat di Sumani kecamatan X Koto Singkarak dan Muara Panas kecamatan Bukit Sundi.
Sebelumnya, Puluhan hektare sawah masyarakat di kecamatan Gunung Talang dan Kubung sejak bulan Juni 2023 telah terlebih dulu diserang hama pengerat tersebut. Namun hingga Agustus 2023, serangan tikus semakin meluas di Tabek Tomban nagari Koto Gadang Guguk, Jawi-Jawi, Panarian nagari Talang, Tangah Padang Cupak dan juga di Pinang Sinawa dan nagari Gantung Ciri.
Namun sejak awal Agustus 2023 ini, serangan hama tikus semakin menjadi-jadi di daerah tersebut dan sampai saat ini hampir tidak ada solusi dari dinas terkait.
” Petugas Penyuluh Lapangan (PPL) dari dinas Pertanian Kabupaten Solok sudah turun ke lapangan, melihat kondisi padi masyarakat yang di serang hama tikus, namun tak ada solusinya, hanya menyarankan masyarakat untuk membersihkan pembatang sawah dan melakukan pengasapan, sementara tanaman padi kami hampir gagal panen,” tutur Zul Hendra, tokoh masyarakat nagari Jawi-Jawi Guguk.
Diakuinya, akibat serangan hama Tikus ini membuat dirinya bersama para petani lainnya terpaksa melakukan panen lebih awal untuk menghindari kerugian lebih besar. Yang lebih parahnya lagi, serangan hama Tikus juga menyerang tanaman Padi usia muda serta merusak benih padi yang baru ditanam.
Terkait itu, kepala Dinas Pertanian Kabupaten Solok Kenedy Hamzah Msi membantah, jika pihaknya tidak turun untuk mengatasi persoalan ini. Pihaknya bahkan telah menurunkan tim untuk membasmi tikus dalam upaya pengendalian hama sebelum masa panen.
“Kemarin Petugas Penyuluh Lapangan bersama petani di Nagari Jawi- Jawi melakukan gotong royong membersihkan pematang dari rumput dan melakukan pengendalian hama tikus dengan cara pengasapan di lubang-lubang tikus mengunakan tiram,” sebutnya.
Pengendalian hama tikus tersebut, katanya, tumbuh dari kesadaran petani. Selama ini, sebagian besar petani, masih mempercayai mitos bahwa tikus adalah hewan sakral sehingga dilarang untuk diburu.”Petani masih banyak menganggap tikus sebagai ‘puti’ atau putri,” ujarnya.
Pengendalian dan pembasmian hama tikus, katanya, tidak bisa hanya dilakukan sekali melainkan harus secara berkelanjutan.
“Pengalaman selama ini, petani hanya membasmi sekali kemudian dibiarkan sehingga muncul kembali tikus-tikus yang lain yang tidak berada di sawah tersebut,” katanya.
Masa reproduksi tikus, sebutnya hanya singkat, yakni dalam usia 28 hari mereka telah bisa kawin dan beranak. Setiap induk tikus mampu melahirkan 15 sampai 40 ekor anak.
Pemerintah, katanya, telah menyediakan tiran dan racun tikus yang diberikan secara cuma-cuma kepada petani. Munculnya hama tikus ini, karena petani tidak melakukan penanaman padi secara serentak sehingga ketersediaan makanan terus ada. “Dengan tanam padi secara serentak, bisa diputus ketersediaan makanannya,” ujarnya.