PIKIRANSUMBAR-Di tengah semaraknya ajang Pekan Nasional (PENAS) Petani dan Nelayan XVI di Kota Padang, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (SYL) meninjau kawasan sentra pengembangan bawang merah nasional di Jorong Rimbo Data, Nagari Sungai Nanam, Kecamatan Lembah Gumanti, Kabupaten Solok, Rabu (14/6).
Dalam peninjauanya bersama Gubernur Sumatera Barat, Mahyeldi Ansharullah dan Bupati Solok, Epyardi Asda, Mentan SYL juga melakukan panen bawang dan meninjauan pengeringan bawang siap panen yang dikelola masyarakat setempat.
Mentan SYL mengatakan, kegiatan ini guna mendorong pengembangan budidaya bawang merah untuk menguatkan ketersediaan dalam negeri sehingga kebutuhan bawang merah di tengah ancaman El Nino atau perubahan iklim global tetap aman.
“Saya gembira dan menyambut baik tanam dan panen raya bawang merah di Kabupaten Solok ini sebagai perwujudan keberhasilan petani. Saya kagum dengan langkah agresif Pak Gubernur dan Bupati yang mendorong petani optimalisasi lahan,”sebut Mentan SYL saat diwawancarai awak media usai kegiatan tersebut.
“Saya kagum langkah di Solok yang begitu cepat. Dalam dua tahun bisa mengimbangi petani di Jawa,” tambahnya.
Ia menegaskan panen ini memberikan harapan besar bagi ketersediaan dan kecukupan bawang merah Indonesia yang pada saat-saat hari besar terjadi kelangkaan.
“Selain itu, ini juga sejalan dengan kebijakan pemerintah untuk membangun dan memperkuat sentra baru di luar Pulau Jawa yang diharapkan dapat segera berproduksi memenuhi kebutuhan nasional,” jelasnya.
Mentan SYL mendorong pengembangan integrated farming kawasan hortikultura di Kabupaten Solok, Sumatera Barat (Sumbar). Upaya ini guna mengoptimalkan sumber daya lahan yang subur untuk peningkatan produksi komoditi pertanian sekaligus memenuhi kebutuhan masyarakat, juga upaya mengantisipasi dampak perubahan iklim.
“Oleh karena itu, saya bersama Pak Gubernur dan Bupati hadirnya konsepsi integrated farming. Jadi macam-macam jenis pertanian yang didorong dalam satu kawasan konsepsi yang tertata. Ini sangat dibutuh tidak hanya Sumatera Barat, tapi untuk negara menghadapi climate change, El Nino tak usah ragu, air tak pernah surut,” tegas SYL.
Mentan SYL menjelaskan untuk menghasilkan pengembangan bawang merah yang baik, perlu didukung dengan ketersediaan benih dalam jumlah yang cukup, waktu yang tepat dan mutu yang baik. Maka dari itu, penangkar dan produsen benih harus mempersiapkan kebutuhan benihnya.
“Dan upaya perlindungan tanaman melalui gerakan pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan secara ramah lingkungan menjadi peran penting dari awal penanaman untuk meningkatkan produktivitas dan upaya usaha tani yang aman konsumsi dan berkelanjutan,”ujarnya.
Sementara itu, Dirjen Hortikultura, Prihasto Setyanto menambahkan pendampingan budidaya bawang merah telah dilakukan pada lahan seluas 12.000 hektar di Nagari Sungai Nanam, Kecamatan Lembah Gumanti Kabupaten Solok. Luas tanam bawang merah Solok bertambah pesat dari semula 5.000 hektar di tahun 2016 kini mencapai 12.000 hektar.
“Produksi tahun 2022 lalu mencapai 188.563 ton, menembus ranking 3 Nasional setelah Brebes dan Nganjuk. Sekitar 1.000 hektar bawang merah rutin dipanen setiap bulan dan dalam 2 minggu lagi ada panen juga untuk membantu pengamanan pasokan Idul Adha,” sebutnya.
Prihasto menuturkan lahan bawang merah di Solok memiliki keunggulan dibanding daerah lain. Karakteristik lahan rata-rata berupa lahan miring dan berlereng, dimana tanahnya subur, air cukup tersedia dan intensitas panas mataharinya juga cukup sehingga cocok untuk pertumbuhan bawang merah sehingga mampu berproduksi sepanjang tahun.
“Saat ini Solok telah memiliki varietas yang telah terdaftar di Kementerian Pertanian bernama Solok Sumbar Sakato, terbukti adaptif dan memiliki produktivitas yang relatif tinggi. Setiap bulan, sekitar 1.000 hektar rutin panen bawang merah di Solok ini. Dua minggu lagi ada panen juga untuk membantu pengamanan pasokan Idul Adha akhir bulan Juni nanti,” ucapnya.
Lebih lanjut Prihasto menyebutkan Kementan hampir setiap tahun mengalokasikan bantuan untuk mendukung pengembangan hortikultura di Kabupaten Solok. Alokasi bantuan kawasan bawang merah tahun 2023 ini seluas 83 hektar dan bawang putih 20 hektar.
“Selain itu adapula bantuan sarana pascapanen, sarana pengolahan, prasarana pascapanen serta sarana produksi pengembangan florikultura dan durian. Tahun lalu juga kita fasilitasi bantuan kentang,”ungkapnya.
Bupati Solok Epyardi Asda mengatakan, Kabupaten Solok memiliki potensi besar dalam bidang holtikultura dan keindahan alam yang mempesona. Epyardi meminta Kementerian Pertanian dapat membantu pengelolaan lahan di Kabupaten Solok yang berpotensi besar untuk dikembangkan, terutama untuk komoditas hortikultura.
“Kami sudah desain, wilayah bagian selatan untuk sayuran, bawang merah, cabai dan bawang putih. Sedangkan ke arah utara dengan buah-buahan, seperti durian, manggis, alpukat, pisang dan buah naga,” tutur Epyardi.
Selain itu, kata Epyardi Asda, pemerintah daerah telah membangun infrastruktur pertanian seperti jalan usaha tani.
“Selain itu, pembangunan objek wisata juga sedang giat dilakukan. Bupati mengimbau kepada para investor, Kabupaten Solok adalah tempat yang bebas dan mudah untuk berinvestasi karena proses perizinan akan dipermudah, ” ujarnya.
Sekretaris Dinas Pertanian Kabupaten Solok, Miharta mengatakan pengembangan bawang di Solok dilakukan dengan intensif. Solok merupakan Kabupaten sentra yang dapat menanam bawang merah sepanjang tahun dengan rata-rata pertanaman 900-1.000 ha per bulan akan tetapi masih terdapat kekurangan dalam penanganan pascapanen.
“Petani Solok melakukan pertanaman bawang 2 hingga 4 kali setahun dan sekali panen bawang menghasilkan 13 ton perhetarenya,” kata Miharta.