PIKIRANSUMBAR.com – Tambang Emas Ilegal kembali memakan korban jiwa di Nagari Sungai Abu, Kecamatan Hiliran Gumanti, Kabupaten Solok, Sumatera Barat, Kamis (26/9) sore. Info sementara sebanyak 25 orang terjebak dalam galian tambang emas ilegal sedalam 10 meter.
Hingga Jumat sore (27/9), evakuasi masih berlangsung, meski akses ke lokasi sangat sulit. Dengan medan yang ekstrem dan perjalanan yang memakan waktu hingga empat jam dari nagari terdekat, proses penyelamatan menjadi tantangan berat bagi tim di lapangan.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Solok, Irwan Efendi, mengonfirmasi bahwa dari 25 korban yang dilaporkan tertimbun, saat proses evakuasi dan penyelamatan secara manual telah ditemukan 15 korban meninggal. 5 korban meninggal telah di evakuasi dari lokasi, sementara 10 korban meninggal lainnya masih di lokasi. Selain korban meninggal, 3 orang korban luka berat dan 7 orang masih dalam pencarian.
“Yang belum ditemukan belum ada informasi pasti,” ujar Irwan, menambahkan bahwa jumlah korban masih mungkin bertambah mengingat data yang terus diperbarui.
Kawasan tempat insiden ini terjadi merupakan lokasi tambang yang menurut warga setempat mengandung potensi emas. Namun, seperti banyak tambang emas ilegal di Indonesia, risiko keselamatan diabaikan. Peralatan minim dan kondisi alam yang sulit membuat aktivitas tambang ilegal ini sangat berbahaya. Tambang semacam ini sering kali tidak mematuhi standar keselamatan, menyebabkan bencana seperti yang terjadi di Solok.
Irwan mengungkapkan bahwa tim gabungan dari BPBD dan pihak terkait telah bergerak menuju lokasi sejak Kamis sore. Namun, sulitnya akses menyebabkan proses evakuasi berjalan lambat.
“Medannya sangat sulit dan terpencil. Waktu tempuh ke lokasi sekitar empat jam dari nagari (desa) terdekat,” jelasnya.
Kondisi ini menambah tantangan dalam upaya pencarian dan penyelamatan korban yang masih tertimbun.
Kejadian ini menyoroti betapa rentannya para penambang di lokasi-lokasi yang tidak diatur oleh pemerintah. Tambang emas ilegal bukan fenomena baru di Indonesia, khususnya di daerah-daerah yang kaya akan mineral namun jauh dari pengawasan. Banyak warga lokal yang tergiur oleh janji hasil tambang, meski nyawa menjadi taruhannya.
Tambang emas ilegal kerap menjadi masalah sosial yang sulit diatasi, terutama di daerah-daerah terpencil. Aktivitas tersebut sering kali dianggap sebagai mata pencaharian oleh masyarakat setempat, meskipun penuh risiko. Namun, tanpa pengawasan yang memadai, bencana seperti ini menjadi keniscayaan.
Saat ini, keluarga korban dan masyarakat sekitar hanya bisa menanti kabar dari tim penyelamat yang terus bekerja di lokasi. Setiap detik begitu berharga untuk menemukan para korban yang masih tertimbun, meski peluang untuk menemukan mereka dalam keadaan selamat semakin tipis seiring berjalannya waktu.
Peristiwa ini menjadi pengingat akan pentingnya penegakan regulasi pertambangan serta peningkatan kesadaran tentang keselamatan di lokasi kerja. Meski emas dianggap sebagai simbol kekayaan, bagi banyak warga di kawasan terpencil, emas ternyata justru membawa duka yang mendalam.